Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Pertamina (UPER) Ubah Limbah Kerang Jadi Batako Penghasil Listrik. (foto/ist) |
Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri M., mengatakan bahwa volume limbah perikanan yang meliputi cangkang, kulit, bagian lain dari ikan, diperkirakan menyumbang 30 sampai 40 persen dari total produksi perikanan. Bila dibiarkan terus, limbah perikanan dapat berdampak terhadap pencemaran air laut, kerusakan pada ekosistem, mengurangi hasil tangkapan nelayan, hingga menyebabkan masalah kesehatan masyarakat.
Guna memaksimalkan produksi perikanan sekaligus mengelola limbah perikanan, Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Pertamina (UPER) yang tergabung dalam ME’Team, terdiri dari Riko Andriawan, Rizky Bagus Eka, Zahra Zulfia Ananta, Rahmat Soleh dan Dandy Muhammad Irman menciptakan inovasi “Batako-Green”. Batako buatan mereka memanfaatkan limbah cangkang kerang hijau, untuk dijadikan material bangunan ramah lingkungan sekaligus penghasil energi listrik.
“Pemilihan cangkang kerang hijau didasari bahwa cangkang mengandung larutan elektrolit yang dapat menghantarkan energi listrik. Sehingga dapat dimanfaatkan untuk memproduksi listrik secara mandiri," pungkas Riko Andriawan yang merupakan ketua ME’Team.
Dalam pembuatannya, cangkang kerang hijau yang sudah dihaluskan dicampur dengan semen, pasir dan air dengan perbandingan 50:50. Kemudian untuk menghasilkan Batako-Green, ME’Team menambahkan alat termoelektrik dalam cetakan batako tersebut yang berguna sebagai alat konversi panas dan dingin menjadi energi listrik.
Karena kandungan elektrolit dalam cangkang kerang hijau dan penambahan alat termoelektrik, Batako-Green memiliki sifat konduktivitas termal. Ketika terjadi perbedaan suhu antara permukaan batako yang terkena panas matahari (sisi panas) dan permukaan batako yang teduh (sisi dingin), maka batako tersebut akan menghasilkan tegangan listrik.
“Modul termoelektrik akan menangkap suhu panas atau dingin dalam batako. Dibantu dengan sifat cangkang kerang yang memiliki kandungan elektrolit, akan mengkonversikan suhu tersebut menjadi listrik, yang dapat disimpan dalam baterai. Selanjutnya jika dihubungkan dengan kabel dan konektor maka tegangan listrik tersebut dapat digunakan untuk menyalakan lampu LED, dan mengoperasikan perangkat elektronik kecil,” tambah Riko.
Melalui inovasinya tersebut, Riko bersama rekannya dapat menghasilkan tegangan listrik sebesar 21 volt per batako. Dalam membangun rumah yang dibutuhkan kurang lebih 6.000 batako, maka dapat menghasilkan 126.000 volt tegangan listrik.
Berkat inovasi tersebut, ME’Team berhasil meraih medali perak dalam ajang Indonesian International Applied Science Project Olympiad (IA2SPO) 2024. IA2SPO merupakan perhelatan kompetisi inovasi produk yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) berkolaborasi dengan perguruan tinggi, yang mana pada tahun ini, IA2SPO bekerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
“Dalam proses pembelajaran, mahasiswa didorong untuk berpikir solutif dan dapat mengaplikasikan ilmu di kelas untuk menjawab masalah secara rill. Memiliki keunggulan dalam penyusunan kurikulum yang berlandaskan pada keberlanjutan, UPER giat mendorong mahasiswa untuk berkompetisi dalam mengasah kemampuan yang dibekali dengan keilmuan yang sejalan dengan kebutuhan industri dan sosial, seperti mata kuliah Proyek Multidisiplin, Sustainable Energy, dan Creative Problem Solving," ujar Prof. Wawan Gunawan A. Kadir, MS., Rektor Universitas Pertamina
Selain itu, untuk mempersiapkan karir lulusan, UPER menyelenggarakan program Lulusan Merah Putih yang merupakan program bimbingan karir dengan praktisi dan berkesempatan dalam mengisi 45 posisi di Pertamina Grup.
Sebagai informasi, saat ini kampus besutan PT Pertamina (Persero) tengah membuka peluang untuk berkuliah di UPER. Bagi calon mahasiswa yang tertarik, dapat mengakses informasi selengkapnya melalui https://pmb.universitaspertamina.ac.id/. (mm/red)
Social Footer